Jumat, 15 Mei 2009

pRoTeiN SupLemeNt

Pakan yang baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup aspek keamanan pakan, aspek kesehatan ternak, aspek keamanan pangan dan aspek ekonomi (Anggorodi, 1995). Keempat aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh pada kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak dan keamanan konsumen dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak, serta efisiensi biaya agar dihasilkan pakan yang bernilai ekonomis. Begitu juga halnya dengan jenis pakan yang diberikan pada ternak untuk keperluan pengobatan atau pencegahan penyakit yang sering disebut dengan pakan obat (medicated feed).

Pakan obat (medicated feed) adalah setiap pakan yang mengandung obat hewan sebagaimana ditetapkan dalam Panduan Prosedur Codex Alimentarius Commission. Tujuan penggunaan medicated feed adalah untuk memelihara kesehatan, meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak. Hal yang perlu dicermati dalam pemakaian medicated feed adalah kesesuaian produk dengan label komposisi dari perusahaan yang tertera dalam kemasan dan residu obat yang tersimpan dalam jaringan tubuh ternak, mengingat produk yang dihasilkan harus memenuhi syarat ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Produk pangan hewani harus berasal dari ternak yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.

Obat-obatan ternak pada umumnya digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda. Tujuan tersebut antara lain untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, perangsang pertumbuhan mengendalikan reproduksi dan menekan terjadinya stress pada ternak sebelum ternak dipotong. Obat-obatan yang banyak digunakan adalah obat anti bakteri, anti jamur, anti parasit dan obat anti cacing (Rasyaf, 1995). Penambahan obat-obatan ternak anti bakteri ke dalam ransum pakan ternak, pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan berat badan atau meningkatkan laju efisiensi pakan. Sutardi (2003) menyatakan bahwa pemberian obat-obatan dengan dosis berlebihan pada hewan ternak yang akan dikonsumsi manusia perlu dikurangi seminimal mungkin, sebab residu obat yang terdapat dalam daging hewan ternak tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia yang mengkonsumsi daging tersebut

Beberapa jenis medicated feed hanya bisa dibuat oleh sebuah perusahaan yang memegang lisensi pabrik pakan oleh pemerintah. Tiga tipe produk medicated feed didefinisikan sebagai barikut :

  1. Tipe A : sebuah produk yang terdiri dari satu atau lebih obat-obatan ternak yang dimaksudkan hanya untuk penggunaan pembuatan tipe A atau membuat medicated feed tipe B atau C

  2. Tipe B : Medicated feed yang mengandung tipe A atau medicated feed tipe B yang lainnya ditambah substansi jumlah nutrient (tidak lebih dari 25 % berat badan) dan dimaksudkan hanya untuk penggunaan dalam pembuatan medicated feed tipe B yang lain atau medicated feed tipe C. Sebelum diberikan pada ternak, obat-obatan tersebut harus ditambah air dengan satu atau lebih nutrien untuk memproduksi medicated feed tipe C. Konsentrasi maksimum yang dibolehkan pada obat-obatan medicated feed tipe B adalah 100 kali paling tinggi penggunaannya terus-menerus pada level obat-obatan kategori II.

  3. Tipe C : Medicated feed yang mengandung obat ternak baru dan dimaksudkan untuk diberikan sebagai pakan lengkap untuk ternak atau diberikan sebagai penyeimbang ransum pada pakan ternak untuk menambah total ransum harian ternak.

Penggunaan antibiotika pada kadar yang tinggi yaitu 100 sampai 200 gram per ton ransum dapat mempercepat penyembuhan, pemulihan pertumbuhan dan produksi telur pada ayam yang menderita penyakit infeksi menahun misalnya penyakit alat pernafasan. Antibiotika dalam ransum babi, ayam, dan kalkun dengan pengurangan kadar protein 3% akan memberikan hasil yang sama dengan ransum yang memiliki jumlah protein penuh tanpa penambahan antibiotik.

RougHage

Roughage adalah hijauan kering yang berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama dan umumnya dimanfaatkan pada musim kemarau. Hijauan tersebut umumnya merupakan jenis pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi dan hijauan kering tersebut disimpan sebagai cadangan pakan pada saat sulit mendapatkan pakan di musim paceklik (Aak, 1983). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa roughage dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan produktivitas ternak pada kondisi alam yang kurang mendukung. Roughage merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kelangkaan hijauan yang dilakukan dengan cara menyimpan hijauan segar yang melimpah pada saat musim hujan dengan dilakukan pengeringan terhadap hijauan segar tersebut.

Bagi sebagaian besar ternak, roughage merupakan pakan berat, tapi memiliki bobot yang rendah. Hal tersebut merupakan keunggulan dari klasifikasi roughage sebagai bahan pakan, akan tetapi pada klasifikasi roughage mempunyai keterbatasan pada komposisi fisik dan kimianya. Kamal (1998) menyatakan bahwa beragam pakan yang dikelompokkan sebagai roughages mempunyai serat kasar yang tinggi (Crude Fibre) dan nutrisi cerna yang rendah seperti protein kasar dan energi.

Roughage merupakan hijauan pakan umumnya tua, mengandung energi yang rendah serta tinggi kandungan dinding selnya. Hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan dan semua jenis jerami merupakan bagian dari kelompok roughage. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% seperti pada hay, jerami dan kulit biji kacang-kacangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Utomo (1995) yang menyatakan bahwa roughage adalah hijauan pakan yang sudah tua dengan kandungan serat kasar lebih dari 15% dan kandungan dinding sel lebih dari 35 %, memiliki sifat yang bulky (voluminous), mengandung energi yang rendah, memiliki kecernaan yang rendah, kaya mineral terutama kalsium dan kalium, kaya akan vitamin yang larut dalam lemak dan kandungan protein yang bervariasi.

Pakan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi usaha peternakan, karena biaya operasional terbesar adalah bersumber dari pakan ternak. Sehingga diperlukan stock pakan yang cukup sepanjang tahun pemeliharaan ternak. Dilain pihak, ketersediaan pakan ternak khususnya hijauan sangat ditentukan oleh kontinuitas ketersediaan tanaman makanan ternak, sedangkan ketersediaan hijauan sangat dipengaruhi oleh iklim, yaitu ketersediaan pada musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan, kesuburan tanah tinggi, sehingga hijauan yang ditanam tumbuh dengan baik dan hasil hijauan melimpah, bahkan melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh ternak (surplus). Kondisi tersebut berbeda dengan musim kemarau yang menyebabkan ketersediaan hijauan berkurang dan minim sehingga tidak mencukupi kebutuhan ternak akibat tanah yang ditanami mengalami kekeringan. Oleh karena itu, ketersediaan hijauan harus tetap terjaga pada saat musim hujan maupun musim kemarau sehingga usaha peternakan tetap stabil.

FoRa9e

Forage atau hijauan segar merupakan semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik dilakukan pemotongan terlebih dahulu, maupun yang langsung di makan oleh ternak di tempat tumbuhnya hijauan (disengut langsung). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Parakkasi (1999) yang menyatakan bahwa forage adalah bahan yang diberikan kepada ternak langsung setelah dipanen atau dipotong atau ternak merumput. Lebih lanjut Utomo (1995) menyatakan bahwa forage merupakan hijauan yang umurnya masih muda atau sebelum berbunga (stage of maturity) yang diberikan kepada ternak dalam bentuk fresh, umumnya berasal dari campuran rumput, legume dan tanaman lain.

Hijauan segar yang paling digemari oleh ternak adalah rumput. Rumput disamping memiliki kemampuan tumbuh yang tinggi juga mudah diperoleh khususnya di daerah tropis. Sehingga selain selain dilakukan pemotongan rumput, ternak juga dapat langsung merumput, sehingga tenaga, waktu dan dana yang dimiliki peternak menjadi lebih efisien.

Hijauan merupakan bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energy bagi kelangsungan hidup ternak. Aak (1983) menyatakan bahwa hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/jenis kacang-kacangan. Contoh hijauan segar antara lain: (1) rerumputan, terdiri atas: Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicetum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar; (2) Kacang-kacangan, terdiri atas: Lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain dan (3) Dedaunan, terdiri atas: Daun nangka, daun pisang, daun turi dan daun petai cina.

Hijauan segar yang diberikan dalam keadaan dalam keadaan baik akan memacu ternak untuk tumbuh dengan baik, karena nutrisi yang diberikan kepada ternak tercukupi baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Hijaun segar yang baik mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat hijauan segar yang baik adalah:

(1) Hijauan memiliki palatabilitas yang baik (Palatable)

Palatabilitas merupakan penampilan bahan pakan atau sifat performans bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan pakan tersebut yang dicerminkan oleh sifat organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa, tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang akan menarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.

(2) Varietas hijauan heterogen

Semakin heterogen varietas hijauan yang digunakan akan memperbaiki kualitas hijauan yang diberikan, karena komposisi masing-masing tanaman makanan ternak berbeda.

(3) Memiliki kandungan klorofil yang tinggi

Ciri hijauan dengan kualitas tinggi dapat ditunjukkan dari warna tanaman makanan ternak. Tanaman yang berwarna hijau memiliki kandungan klorofil yang tinggi sehingga mampu menunjang aktivitas tanaman secara maksimal.

(4) Mempunyai rasio daun dan batang yang tinggi

Daun mempunyai kandungan nutrisi yang lebih tinggi dan komponen serat yang lebih rendah dibandingkan batang terutama pada saat tanaman muda. Semakin tinggi rasio daun dan batang maka tanaman akan semakin berkualitas.

(5) Hijauan tumbuh di tanah yang subur.

Beberapa tanaman mengandung zat pencahar, oleh karena itu diperlukan batasan tertentu dalam penggunaannya. Hijauan segar untuk ternak sebaiknya dipotong dengan ukuran ± 10 cm agar bagian batang dan daun lebih tercampur, sehingga dapat meningkatkan feed intake. Forage memiliki kandungan air yang tinggi ±30%, sehingga tidak dapat disimpan. Pemberian pakan dengan kandungan air tinggi dapat menurunkan intake bahan kering bila dibandingkan dengan pakan dengan kandungan air rendah. Konsumsi hijauan segar yang tinggi menyebabkan air banyak masuk kedalam tubuh ternak, sehingga menimbulkan sensasi kenyang pada ternak.

FLaKe

apa itu FLake??????

Flake adalah pakan ternak yang disediakan dan diberikan pada ternak dalam bentuk pecahan tipis. Cheeke (1999) menyatakan bahwa Flake dibuat dengan cara mengeringkan pakan lembab dalam drum pengering yang berputar untuk membentuk lembaran tipis, kemudian dicrumbling. Proses pembuatan flake dikenal dengan nama flaking. Contohnya flaked mayze atau corn flake. Murtidjo (1995) menyatakan bahwa flake maize diperoleh dari tepung jagung yang dikukus (steamed), dan kemudian dimasukkan kedalam roller sampai tipis, selanjutnya baru dikeringkan.

Sebagian besar biji-bijian yang diberikan kepada ternak, sebelumnya diolah menggunakan proses mekanik, yaitu diroller, digiling, dan dicrimper. Proses rolling memerlukan mesin roller dalam pelaksanaannya, mesin tersebut bertugas memproses biji-bijian untuk diubah menjadi bentuk flake. Selain itu, biji-bijian tersebut pada umumnya juga digiling menggunakan hammer meal. Hammer meal merupakan alat yang digunakan untuk menggiling biji-bijian dengan cara memukul biji-bijian sampai memperoleh ukuran yang cukup untuk bisa masuk saringan (dapat dilakukan penyaringan).

Ukuran hasil saringan biji-bijian dapat ditentukan sesuai dengan tujuannya. Biji-bijian dengan proses mekanik umumnya diberikan untuk: (1) Ternak-ternak yang sangat muda, yaitu sebelum giginya tumbuh sempurna, dengan ukuran biji-bijian yang umumnya diperkecil dengan cara digiling; (2) Ternak-ternak yang sangat tua, yaitu gigi pada ternak tersebut biasanya sudah jelek dan biji-bijiannya juga dilakukan penggilingan.

Ternak sapi lebih menyukai biji-bijian yang sudah dalam bentuk flake dibandingkan dengan biji-bijian yang digiling. Flake sebaiknya diberikan pada ternak sapi umur 6 bulan keatas, kecuali jika kandungan roughage ransum sangat rendah. Flake juga cocok untuk pakan kuda dan domba (Cullison, 1975).

FeeD AddiTive

Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari penambahan adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.

Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.

Macam ragam pakan additive antara lain additive pada bahan pakan (contohnya agensia antioksidan, agensia cita rasa), additive untuk manipulasi pencernaan dan absorpsi nutrien (contohnya buffer, enzim), additive untuk kesehatan ternak (contohnya obat cacing), additive melalui hormonal (contohnya hormon pertumbuhan, hormon reproduksi), additive untuk meningkatkan kualitas produk (contohnya agensi pewarna, agensi antiradikal).

Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997) antara lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet; (2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu; (4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah cacing dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.

Ransum ayam broiler dan ayam petelur disusun sedemikian rupa sehingga mengandung konsentrasi zat-zat makanan maksimum yang dapat diperoleh dengan harga layak untuk pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan ransum maksimum. Untuk menjamin zat-zat makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel tubuh, maka pelengkap makanan tak bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke dalam ransum sebagai tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan zat-zat makanan (Rasyaf, 1994).

Contoh Feed additive yang digunakan untuk ayam broiler antara lain adalah Broiler Weight. Adapun keistimewaan dari bahan ini antara lain adalah: (1) Tidak mengandung antibiotika dan senyawa arsen sehingga dapat diberikan setiap hari tanpa menimbulkan efek samping; (2) Memperbaiki konversi pakan sehingga mempercepat pertambahan berat badan dalam waktu singkat; (3) Tidak mempengaruhi aroma atau cita rasa daging ayam broiler atau pedaging dan (4) Mencegah penyakit defisiensi vitamin (penyakit karena kekurangan vitamin).

ANTIBIOTIK

APA SICH ANTIBIOTIK ITU???

Antibiotik adalah kelompok zat kimia yang dapat dibuat secara sintetik ataupun diturunkan dari organisme hidup, yang memiliki khasiat mematikan (bakteriosid) atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Hartadi (1991) menyatakan bahwa antibiotik adalah suatu obat yang disintesa oleh suatu organisme mikro dan mempunyai kemampuan (dalam konsentrasi sesuai) untuk menghambat pertumbuhan dari organisme mikro yang lain. Anggorodi (1980) menyatakan bahwa tujuan utama dari pemberian antibiotika pada ransum adalah agar dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit), mencegah kerusakan makanan dalam usus oleh bakteri dan mencegah timbulnya racun oleh kerja bakteri (amonia). Efek lebih lanjut dari pemberian antibiotika adalah kondisi kesehatan ternak akan lebih baik, sehingga metabolisme zat gizi pakan akan meningkat. Pengaruh terhadap tingkat produksi yaitu memperbaiki konversi ransum sehingga penggunaan pakan lebih efisien.

Rasyaf (1992) menyatakan bahwa antibiotik merupakan hasil produksi mikroorganisme yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya, diantaranya: (1) Bacitracin, digunakan dalam campuran ransum atau melalui air minum. Antibiotika ini digunakan untuk mencegah penyakit selama cekaman dan untuk necritik enteritis; (2) Chlortetracycline dapat digunakan sebagai campuran di dalam ransum atau melalui air minum, antibiotika ini jangan digunakan pada unggas pedaging bibit, kadangkala antibiotika ini dapat pula untuk Coccidiosis; (3) Penicillin, antibiotika ini digunakan dalam air minum dan juga melalui suntikan, campuran vitamin + mineral untuk mencegah cekaman; (4) Tylosin, digunakan dalam campuran ransum dan air minum untuk mengobati penyakit pernapasan pada unggas pedaging di masa awal; dan (5) Lincomycin, antibiotika yang digunakan dalam campuran ransum dan dalam air minum.

Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi konsumen, penyebab kedua antibiotik dapat menciptakan mikro-organisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens).

Antibiotik digunakan untuk melawan infeksi dengan cara pencegahan atau pengobatan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa antibiotik telah terbukti sangat berguna dalam memberantas penyakit-penyakit tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa aureomisin (kholtetrasiklin), basitrasin, zink basitrasin, penisillin, oleandomisin, dan virgimisin, dicampurkan dalam ransum berguna sekali untuk merangsang pertumbuhan anak-anak hewan.

Antibiotik digunakan dalam pemberian ransum pada anak sapi sebelum rumen berkembang sempurna dan dalam beberapa hal telah diberikan pula pada anak sapi yang sedang digemukkan. Antibiotik tidak hanya digunakan untuk pengobatan penyakit, tetapi juga diberikan sebagai makanan tambahan. Pada ternak sapi penyakit diare merupakan masalah penting yang dapat mengakibatkan kematian, infeksi dan kerugian bagi peternak. Pemberian chlortetracycline dan oxytetracyclin pada anak sapi dan anak babi dapat mengurangi gejala penyakit diare.

Berkaitan dengan dampak pemberian antibiotik terhadap produk peternakan, antibiotik tidak mungkin terdapat dalam daging ternak yang diberi zat tersebut sebanyak yang cukup untuk menggertak pertumbuhan. Akan tetapi antibiotik tersebut dapat diketemukan dalam daging bila pemberiaannya sepuluh kali lebih tinggi. Penghentian pemberian antibiotik beberapa hari sebelum hewan disembelih akan menghilangkan tertimbunnya antibiotik dalam jaringan.

Minggu, 01 Maret 2009

Istilah Input-Output Komputer

Unit Input/Output (I/O) adalah bagian dari sistem mikroprosesor yang digunakan oleh mikroprosesor itu untuk berhubungan dengan dunia luar.

Unit input adalah unit luar yang digunakan untuk memasukkan data dari luar ke dalam mikroprosesor ini, contohnya data yang berasal dari keyboard atau mouse. Sementara unit output biasanya digunakan untuk menampilkan data, atau dengan kata lain untuk menangkap data yang dikirimkan oleh mikroprosesor, contohnya data yang akan ditampilkan pada layar monitor atau printer.

Bagian input (masukan) dan juga keluaran (output) ini juga memerlukan sinyal kontrol, antara lain untuk baca I/O (Input/Ouput Read [IOR]) dan untuk tulis I/O (Input/Output Write [IOW]).

I/O membolehkan komputer mendapatkan informasi dari dunia luar, dan menaruh hasil kerjanya di sana, dapat berbentuk fisik (hardcopy) atau non fisik (softcopy). Ada berbagai macam alat I/O, dari yang akrab keyboard, monitor dan disk drive, ke yang lebih tidak biasa seperti webcam (kamera web, printer, scanner, dan sebagainya. Yang termasuk ke dalam input ialah keyboard, disk drive, scanner, webcam, dan lain-lain. sedangkan yang termasuk ke dalam output ialah printer, monitor, sound dan lain-lain.

Yang dimiliki oleh semua alat masukan biasa ialah bahwa mereka meng-encode (mengubah) informasi dari suatu macam ke dalam data yang bisa diolah lebih lanjut oleh sistem komputer digital. Alat output, men-decode data ke dalam informasi yang bisa dimengerti oleh pemakai komputer. Dalam pengertian ini, sistem komputer digital adalah contoh sistem pengolah data.